Monday, July 28, 2008

Miracle of the first touch...

Bismillahirahmanirrahim..

Alhamdulillah all praises due to Allah the Most Generous and the Most Merciful. Heaps of thankful due to Allah that make my life always on His right path. I felt grateful to Him that give easiness and enjoyment in all the things happened surrounding me in every seconds of life. As if I was the most fortunate creature ever created by Him... astaghfirullahala'zim...

Reflecting on all those great pleasurable moments, sometimes made me ponder whether they're actually true blessings or just as a test from Him. these triggered me to always meticulously aware of every deeds I do.

This was the first entry I wrote in other language. Hope this very first entry is not very bad as I can frankly speaking I was not a good English language communicator or writer. But why not give it a try? Who knows the miracle of the first touch.. I hope could finish writing in 30 minutes time before start studying the last week lectures that already an inch thickened.

Writing something like a diary in english reminisce me to the old sweet days when I was in a school somewhere in Klang. There was my english teacher Miss Norlini been not only as a regular teacher to me also been an intensive tutor to me especially one month prior to the examination. She was the one who chased me all the time asking me to submit an essay to her. But, if not because of her chased me around, urged me to write an essay which I put the least priority compare to all the other 10 subjects, all the feelings and things happened to me nowadays might somehow be different. Because what came out in the examination was almost exactly what she told me to do. A bounty of thanks I expressed to her. Perhaps she didnt know that I was expressing my gratitude to her but hopefully my prayer of her sakinah might reach Allah answer.

Actually what I want to write is what had made me feel happy until this very moment. I felt an urgency to write it down as it was something that I could appreciate it more whenever I lost this kind of happiness. The very current thing that make me happy was :

1. I had a new hair cut after 5 months letting it grow with utmost nice grooming. Adding the sweetness to it was the barber. is my housemate who gave me the greatest haircut. thanx to him. may his internal desire to be an orthopaedic surgeon become a reality soon. I pray for his success in that field.

2. I got new PBLmates for this semester that seem more cooperative and not so aggressive. Apparently, my group had excess member by 1. Usually it only 11 people in a group. I didnt really bother about it. For me excess by only 1 doesnt really matter as it can put more issues to be discussed. From statistics, the better the PBL group come out with the solution during the discussion the better the results that the members of the group get. Adding to that the tutor for the group was also a histology lecturer that I fond of during the first and second semester. What a pleasure had been granted to me. Alhamdulillah..

3. I got two new housemates. One will venture the rest of the medical course with me and other one is only temporary (i guess) because he is already working. So, sum-up currently there was 4 members in the house. The number should be 5 actually but 1 have been run out of the house for whatever reason remained mysterious. Still there was advantage as the rent could be divided by 4 instead of 3. May the ukhwah beaded nice and strongly through every day life we spend togetherness.

4. I pass the supplementary exam for HP. For the second time in my life I failed in subject I undertook. The previous one was during preparatory education in Banting which I failed Pure Mathematics subject in the 3 semester. During that time it didn't really bother as the marks didn't count for the final examination. But, failing to meet hurdle marks for HP subject could send me home to rest for 6 months and repeat the whole 3rd semester next year. Could not imagine how I might resist to that can of test.. but alhamdulillah I got it passed. it give me new spirits to strive even more for this neurological semester and the rest of the courses. A lot of lacking holes I have been identified during the last semester that determined me to paste it up with a victorious glory.. insyaAllah..

5. I managed to complete my 29th juz hafazan of al-Quran. Now i'm in progressing to remember back the 30th juz hafazan that once I remembered during my preparatory studies and during the first year. Hope by the upcoming ihtifal, managed to grasp both juzes in great memory. InsyaAllah..

6. For the frist time ever, I chaired a ceremony for a day long.(not actually a day but from 9.30 am to 5.00 pm). at first was a bit scared with chilling down my spine but I reprimand myself to always keep calm because I just learned that what make me feel nervous was the inability to control part of the brain called cerebellum. (this lecture was given by the lecturer the one that I fond of. that make me remember every single words came out from his mouth). The cerebellum part of the brain control things I plan to do with what i'm doing. Failure to control the cerebelum resulting in clumsiness. Then I think if I could take this in control so, everything would goes smoothly as what had been planned. Alhamdulillah the ceremony went well as what I reckon. Thanx for the knowledge from Dr. Collin Anderson.

Until here, I have to stop writing. its already over half an hour. may the things I perceived would sprouted into a better flower. may tomorrow be better than today..

wassalam...

Tuesday, July 22, 2008

Apabila manusia diuji........

Manusia sering mengeluh apabila diuji Allah dengan kesakitan, kegagalan, kekecewaan, kemiskinan dan kefaqiran. Tetapi manusia tidak pernah gelisah apabila diuji dengan kekayaan, kebahagiaan, kecukupan dalam kehidupan dan kemewahan. Itulah lumrah manusia………..anda, saya dan kita semua. Benar firman Allah:
"Sungguh manusia diciptakan suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah. Apabila dia mendapat kebaikan (harta) dia menjadi kikir."
-Surah al-Ma'arij ayat 19-21

Tetapi berbahagialah manusia yang diuji dengan kesakitan, kegagalan, kekecewaan dan kemiskinan kerana sesungguhnya mereka di dalam golongan yang dikasihi oleh Allah. Sahabat-sahabat Rasulullah s.a.w suatu ketika menangis apabila mereka tidak diuji oleh Allah, kerana takut mereka telah hilang kasih sayang Allah. Tetapi kita hari ini di saat diuji........

Maka ketika hati kita tertanya-tanya “mengapakah Aku yang diuji?” maka ingatlah firman Allah:
"Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan;
"Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta."
-Surah Al-Ankabut ayat 2-3

Tatkala diri berkata “Mengapakah aku tidak memperolehi apa yang aku citakan?” Allah berfirman:
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
-Surah Al-Baqarah ayat 216

Lantaran disaat diri terasa lemah, nafsu telah mengalah, hidup terasa tidak bermakna lagi maka renungilah ayat Allah:
"Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman."
- Surah Al-Imran ayat 139

Ditika hati bermonolog “Bagaimanakah harus aku depani segala ini” maka Allah telah berfirman untuk mu:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di
daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan)."
-Surah Al-Imran ayat 200

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan jalan sabar dan
mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk"
-Surah Al-Baqarah ayat 45

Sementara dirimu tercari-cari dahan untuk bergantung, seseorang untuk memperolehi kekuatan, Allah telah sedia ada bersamamu .....:
"Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain drNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal."
-Surah At-Taubah ayat 129

Dan apabila kau merasakan “AKU DAH TAK MAMPU BERTAHAN LAGI !!!!!”
Maka ingatlah firman Allah.........
"... ..dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir."
-Surah Yusuf ayat 12

Sesungguhnya..............
" Allah telah membeli dr org2 mu'min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka... ..
-Surah At-Taubah ayat 111

Dan akhir sekali ingatlah diriku, dirimu dan diri kita semua “ Allah tidak akan membebankan seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”
-Surah Al-Baqarah ayat 286

“ Ya Allah..... jika ujian ini untuk menguji keimananku, berilah aku kekuatan, keimanan dan ketaqwaan. Jika ujian ini untuk kaffarah dosa-dosaku, berilah aku kesabaran dan keredhaan.”


Dipetik dan diedit dari http://kyuemmuscom.blogspot.com/2006_08_01_archive.html

Sunday, July 13, 2008

Transforming KL


Digosok-gosok lagi matanya. Dia seakan-akan tidak percaya apa yang dilihatnya. Apakah aku kembali ke zaman unta, ke zaman kolot dan purba? Begitulah detik hatinya. Dikesat hidungnya yang berair dengan kertas tisu. Kertas itu kemudiannya dicampakkannya ke tepi jalan.

"Assalamualaikum, pakcik.. tolong kutip kertas itu. Nanti pakcik rugi di Akhirat. Kebersihan itu separuh daripada iman." Bunyi satu suara di belakangnya. Ia bingkas berpaling. Siapa berani menegurku? Aku Datuk Dr.Johar, orang besar negara ini.

"Pakcik, biarlah saya tolong kutip,sebelum Penguatkuasa Iman dan Islam datang. Nanti didendanya pakcik," kata budak kecil berpakaian putih dengan serban yang melilit kepalanya. Datuk Dr. Johar membetulkan tali lehernya.

Ah, kalau dia datang biar aku sogok dengan duit ini. Siapa yang tak kelabu tengok duit merah, biru berlapis-lapis. Namun, Datuk Dr. Johar terus hairan. Bangunan pencakar langit dengan wajah pembangunan yang sofistikated. Ada helikopter bersimpang -siur bergerak di udara. Railbus bercerakah ke sana sini. Bullet train

"Ah, di mana aku sekarang ini?" gerutu hati Datuk Dr.Johar. "Hoi budak, Aku di mana sekarang ?" soalnya kepada budak yang menegurnya tadi. Budak itu tersenyum. Mukanya cerah dan indah. Tenang dan bersuara lunak. Apakah ini Aladin, budak Arab dengan lampu ajaibnya: teka-teki itu terus menerjah kepala dan kotak fikir Datuk Dr. Johar. Budak itu membuka mulut hendak menjawab. Belum sempat, tiba-tiba datang sebuah kereta jenis Ferrari, merah dan bercahaya. Keluar dua orang lelaki dengan pakaian yang hebat dan segak. Serban mereka berwarna hitam berjalur biru.

"Assalamualaikum....Maaf, pakcik. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kesalahan membuang sampah ini sudah belasan tahun tidak berlaku di Darul Taqwa ini. Kami terpaksa mendenda pakcik. Kebersihan itu lambang iman. Negara ini menitikberatkan iman. Pakcik didenda, 30 kali subhanallah, 30 kali astaghfirullah dan selawat 100 kali." Kata pegawai penguatkuasa itu dengan lembut.

Datuk Dr. Johar tersentak. Apa namanya undang-undang ini. Tak ada dewan bandaraya di seluruh pelusuk dunia mengamalkannya. Dia tercengang-cengang. Namun egonya membumbung tinggi. Apa ? Dia nak marahkan aku ? " Ni duit lima ratus. Saya tak mahu buat apa yang kamu minta. Kita selesaikan di sini saja. Berapa gaji yang kamu dapat sebulan ? " tanyanya angkuh. "Pakcik, kita bekerja kerana Allah, bukan kerana gaji. Lagipun duit bukan ada harga lagi di zaman ini. Semuanya dipandang sebagai alat, bukan matlamat," kata pegawai berjanggut dan berjambang itu dengan tenang.

"Oh, oh .... Maafkan kami, pakcik. Kami nak tanya sikit, kenapa pakcik pakai pakaian zaman dulu?Mana pakcik dapat pakaian macam itu ?" Tanya pegawai itu pula. Aku yang gila, atau dia yang gila? Detak hati Datuk Dr. Johar. Dia berjalan ke arah kereta Ferrari yang berkilat itu. Melalui cerminnya dia nampak perawakannya dengan jelas. Tak ada yang salah. Tali leher, kemeja dan kotnya masih kemas dan segak. Daripada jenama yang mahal pula -Pierre Cardin. Kasutnya hitam berkilat daripada jenis Bally. Ah! Aku masih unggul. Lelaki tampan, lambang status dan kejayaan. Dia yang kolot, dia yang ketinggalan zaman.

"Anak muda, pakaian pakcik ni pakaian pemimpin. Pakcik orang besar di negara ini. Pakcik dah keliling dunia dengan pakaian ni. "

"Pakcik, itu pakaian puluhan tahun yang lampau. Ketika Islam belum berdaulat di Darul Taqwa ni. Moyang-moyang kami dulu saja yang pertahankan pakaian macam itu. Itu pakaian orang kuno di Barat. Sekarang, kami hanya dapat lihat gambar-gambarnya saja. Itupun dalam buku sejarah zaman peralihan Islam. Orang Barat zaman moden ini dah berpakaian macam yang kami pakai. Tak ada orang yang pakai macam tu kecuali orang-orang bukan Islam yang dijamin kebebasannya dalam sebuah negara Islam seperti Darul Taqwa."

Datuk Dr. Johar termanggu-manggu kebingungan. "Dimana aku sebenarnya ni?" Dia bertanya lagi kepada pegawai penguatkuasa dan budak kecil di tepi jalan. Dia masih kenal, Ini Jalan Chow Kit di tengah bandar Kuala Lumpur. Masih ada Masjid Pakistan dan Masjid Kampung Baru di sebelah sana. Tetapi itu sahaja, yang lain tak ada.


"Pakcik di bandar Mutmainnah. Ini jalan Mujahadah,namanya. Saya Haji Din,Pegawai Penguatkuasa Iman dan Islam. Diberi amanah untuk memastikan kebersihan lahir batin bandar ini."

"Apa? Bandaraya Kuala Lumpur dah jadi Bandaraya Mutmainnah? Jalan Chow Kit dah jadi jalan Mujahadah? Apa dia mutmainnah? Apa dia mujahadah tu? Apa yang terjadi ni?" Soalan-soalan itu terus menyerang benak Datuk Dr.Johar.

"Pakcik, kami rayu pakcik membayar denda tadi. Kalau tak boleh sekarang, lepas sembahyang nanti pakcik laksanakanlah. Demi kebaikan pakcik dunia dan Akhirat."

Tiba-tiba terdengar suara orang memberi salam dari jauh. Nyaring dan jelas. Seorang lelaki pertengahan umur berlari kepada seorang pegawai penguatkuasa. "Tuan, hukumlah saya. Saya mengumpat tadi. Ya Allah ! seksa Neraka amat pedih..Tolonglah, tuan. Hukum saya di dunia sebelum saya dihukum di Akhirat!" rayu lelaki itu. Pegawai tadi berpaling ke arah lelaki yang baru datang, dan kesempatan itu diambil oleh Datuk Dr. Johar. Dia lari sekuat-kuat hati. Peliknya mereka tidak mengejarnya. Ia terlepas....Lega...

Dahaga dan lapar mula menggigit tekak dan perutnya. Dia mesti makan. Dia perlu minum.Tapi di mana? Tiba-tiba ia terdengar suara komputer dari sound system di tepi-tepi jalan : "Assalamualaikum, kepada seluruh penduduk Kota Mutmainnah. Syed Al-Abrar, hartawan besar berada di Jalan Uwais Al Qarni merayu fakir miskin supaya sudi menerima sedekahnya. Hari ini ia menjamu nasi dan minuman. Sila datang!"

Datuk Dr. Johar orang besar Darul Ghurur itu tidak akan mencemar duli menagih nasi. Dia ada duit, mampu membelinya sendiri. Dia pun masuk ke sebuah restoran di tepi jalan. Di situ penuh dengan pelanggan. Semuanya berserban dan berjubah. Matanya tak betah lagi melihat semua itu. Tapi kerana lapar ia masuk juga.

"Maaf tuan, itu pintu masuk untuk wanita. Di sini untuk lelaki."

"Ceh! Diskriminasi, doubel-standard, lelaki dipisahkan daripada perempuan." Mukanya dicemekkan kepada tuan kedai yang menegurnya.

"Ada restoran lain yang mengamalkan persamaan taraf antara lelaki dan perempuan? Saya tak suka pemisahan-pemisahan macam ni!" Lelaki itu tersenyum. "Empat puluh tahun yang lalu adalah. Sekarang ni kita sudah bebas dan merdeka. Zaman penjajahan fikiran dan jiwa sudah berlalu. Tak ada diskriminasi wanita di sini, tuan. Amir Muhammad, pemimpin Darul Taqwa telah menaikkan taraf wanita tanpa Women's Libs. Kalau tuan ada isteri dan membawanya bersama, sila masuk ke sana. Di sana ada tempat khusus untuk makan bersama isteri dan anak perempuan," terangnya. Mukanya jernih. Serban dan jubahnya serba putih.

"Ini bertentangan dengan prinsip demokrasi. Sistem pemerintahan kapitalis, sosialis, nasionalis malah komunis sekalipun tak macam ni..."

"Masya-Allah pakcik, jangan disebut lagi nama-nama ideologi tu. Semuanya telah termaktub sebagai ajaran-ajaran sesat dalam perlembagaan Darul Taqwa ini. Tak ada orang lagi yang berpegang dengan fahaman jahiliyyah tu... Subhanallah...." Keluh tuan restoran itu sambil mengurut-ngurut dadanya. Ekor serbannya bergoyang-goyang ketika ia manggeleng -gelengkan kepalanya. Ah! Persetankan semua itu. Perut aku lapar. Datuk Dr. Johar pun duduk.

"Nasi beriani sepinggan!" ujarnya kepada pelayan. "Dalam pinggan, tuan?" tanya pelayan itu kehairanan. "Ya ! Apa peliknya?"

"Baik,tuan. Tapi semua orang berebut-rebut pahala makan berjamaah. Tuan makan seorang ?" tanya pelayan berkulit hitam itu.

Dia tambah geram. Direnung ke hadapan, iaitu keempat orang yang sedang menikmati makanan. Tidak ada meja makan hanya hamparan permaidani tebal dengan dulang-dulang indah yang tersusun rapi. Mereka makan satu dulang. Yek! Jijiknya. Ah! Aku tetap aku. Aku ada pendirian! Nasi beriani dengan ayam goreng kegemarannya terhidang di atas kain putih khas.

"Jemput makan dengan nama Allah yang memberi rezeki," kata pelayan itu dengan sopan. Datuk Dr.Johar makan dengan seleranya. Dewan makan itu berhawa dingin lengkap dengan alat TV dan pita videonya sekali. Dia makan seorang diri bagai kera sumbang.

" Ya Allah,apa musibah yang menimpa ana Subuh tadi. Ana masbuk dalam sembahyang jemaah Subuh, "ujar seorang lelaki muda dengan wajah yang kecewa. Suapnya perlahan. Macam tak lalu makan saja.

"Anta tak cuba tampung dengan amal makruf yang lain ?" tanya sahabatnya di sebelah. Dia nampak simpati. Datuk Dr. Johar pasang telinga saja.

"Ana nak sedekahkan lima ribu ringgit ....Malang nasib ana. Ana tunggu lima jam di tepi jalan tadi, seorang pun tak mahu terima sedekah ana" Keluhnya.

"Susah kita sekarang. Orang miskin yang bolot pahala redha, pahala sabar. Mereka patutnya bantulah kita. Tolonglah terima sedekah kita. Ah, susahnya jadi orang kaya macam kita ini. Dahlah nanti di Akhirat banyak hisabnya, di dunia orang tak sudi pula terima sedekah kita, keluh seorang yang sama-sama makan dengan lelaki muda tadi.

"Kalaulah kita hidup zaman moyang kita dulu, kan dapat kita korbankan harta yang banyak ini. Saya pun dapat harta ni melalui warisan daripada bapa, yang diwarisi oleh datuk saya daripada moyangnya. Kita tunggulah bila kerajaan nak bangunkan projek negara atau nak gunakan duit untuk kemaskinikan kementerian-kementeriannya.... Saya nak labur habis-habisan. Biar jadi saham Akhirat," kata pemuda itu menutup perbualan. Mereka pun makan dengan perlahan-lahan. Datuk Dr.Johar makin pelik.

"Tambah nasi sepinggan lagi!" ujarnya kepada pelayan restoran. "Demi kesihatan tuan, saya nasihatkan....Berhentilah sebelum kenyang. Maaf tuan saya terpaksa mengatakan demikian. Saya pelayan kedai merangkap pegawai perubatan ....," kata pelayan itu lagi. "Apa? Awak pegawai perubatan? Seorang doktor ke? Kelulusan luar negeri atau dalam negeri? Awak sepatutnya bertugas di hospital, bukan di restoran!" bentaknya. Marah campur geram.

"Tuan, mana ada hospital sekarang.Yang ada khusus untuk bayi, kanak-kanak dan wanita, juga para mubaligh dan mujahid yang cedera ketika berjuang. Tuan, kalau tuan amalkan makan hanya bila lapar dan berhenti sebelum kenyang, tuan akan sihat, insya-Allah. Kita tak perlu hospital!"

"Bodoh, kalau macam tu, macam mana nak rawat pesakit kencing manis macam aku ini ?" leternya perlahan-lahan. "Penyakit kencing manis? Tuan menghidapnya? Saya ada baca buku perubatan edisi tahun 1990 dulu. Sekarang penyakit tu dah tak ada siapa menghidapnya....."

"Batalkan saja oder saya tadi, banyak sangat cakap, boring. Saya perlu hiburan sekarang ...Di mana boleh saya boleh dapatkan hiburan?" tanyanya. "Di sana,tuan. Melalui butang pada sistem komputer di sebelah sana, tuan boleh dapat apa saja hiburan yang menyegarkan. Tak payah risau pasal bil. Percuma.

Datuk Dr. Johar, orang besar negara, melangkah hebat ke tempat yang ditunjukkan. Berbagai -bagai butang dengan bermacam warna berkelip-kelip. Sangat rumit tapi kekeliruan itu dapat disembunyikannya. Dia malu kalau-kalau dengan pakaian jenama Pierre Cardinnya ia masih kelihatan kolot.. Entah di mana falsafah moden Datuk Dr. Johar. Pada pakaiannyakah atau otaknya?

Diberanikan hatinya; satu butang warna hitam ditekan. Dalam skrin timbul tajuk besar- KHAUF. Apa bendanya ni? Kemudian menyusul nama-nama lagu: MATI ITU TERLALU SAKIT, ALAM BARZAKH YANG PASTI, MIZAN NOKTAH PENYESALAN, IZRAEL DATANG TIBA-TIBA.

Seram sejuk tubuhnya.

"Apa nama lagu macam ini? Biarlah menaruh harapan sikit. Hatiku macam kristal, boleh pecah dengan lagu-lagu macam tu. Aku belum nak mati lagi," protes hati Datuk Dr.Johar. Dia beralih ke butang hijau tanpa lengah terus menekannya. Tertera di atas skrin komputer: 'RAJA'. Kemudian tersembul tajuk-tajuk lagu. Dibacanya dengan teliti... FIRDAUSI MELAMBAIMU, DEMI CINTA DAN RAHMAT-NYA, KEINDAHAN JANNAH YANG ABADI..

Kepala datuk Dr. Johar makin pusing. Semuanya tentang Akhirat. "Apa nak jadi ni?Tak ada lagu yang hot sikit ke?" tanyanya kepada seorang anak muda berjubah coklat di sebelahnya.

"Nanti ya pakcik. Saya pilihkan lagu yang paling hot sekarang ni. Top-hit anak-anak muda sekarang..."
"Ya, ya saya setuju," balas Datuk Dr. Johar. Telinganya dihalakan kepada sistem suara di dinding restoran itu. Dia ingin dengar lagu-lagu kegemaran muda-mudi daerah asing itu.

"Eh ...Ni suara orang mengaji."
"Nanti dulu pakcik, selepas ni ada terjemahannya kemudian baru menyusul lagunya," kata pemuda berjubah cokat itu sambil matanya di tutup rapat-rapat. Asyik sekali dia. Kemudian getaran suara bergema....

Cintaku berlabuh di persada rahmat
Mumendamba kasih yang tidak berhujung
Mengutip sayang di hamparan cinta suci
Inilah getaran hatiku memburu cinta.......
Stanza hati merindu Ilahi!

Datuk Dr. Johar tak tahan lagi. Ia merengus dan pergi ke kaunter bayaran.

"Maaf tuan, duit ini duit lama. Kalau tuan tak mampu bayar kami halalkan sajalah ..." Datuk Dr. Johar makin geram. Dia menderam dan berkata, "saya bayar dengan kad kredit saja!" Dia hulurkan kad kredit warna keemasannya.

"Maaf sekali lagi, tuan. Kad kredit ini tidak boleh kami terima, kami halalkan sajalah."
"Tak, pantang saya minta sedekah. Saya ada harta simpanan berbungkal-nungkal emas di bank. Takkan saya nak bawa, nanti disambar pencuri."
" Darul Taqwa tak ada pencuri, tuan. Pencuri terakhir telah dipotong tangannya 30 tahun yang lalu ketika minta dihukum di hadapan hakim kerana takutkan seksa Neraka."
"Ah, aku tak nak dengar semuanya. makin gila aku dibuatnya," pekik Datuk Dr. Johar lantas meluru keluar dari restoran itu.

Di luar,semua pandangan menyakitkan hati. Mengapa orang kolot ini mentadbir teknologi begini tinggi. Pemandu bullet train berserban merah tersenyum kepadanya. Pilot helikopter dengan tulisan 'MAKRUFAT AIRTRANSPORT' sibuk dengan urusannya. Di papan itu terpampang gambar seorang lelaki dan perempuan berserta anak-anak meraka. Semuanya berserban, berjubah dan berpurdah. Di jalan-jalan raya suasana meriah dengan salam dan senyum. Baginya,semua itu seolah-olah menyindir dan mengejek. Kenapa jadi begini? Kenapa? Kenapa? Kenapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Datuk Dr. Johar tiba-tiba menjerit. Tekanan dalam jiwanya yang kian tersumbat itu tiba-tiba meletus. "Datuk..!Datuk..! Bangun, Datuk. Ada berita buruk !" kata pembantunya.

Datuk Dr.Johar bangun. Ia tertidur sewaktu menunggu keputusan pilihanraya hari itu.

"Kenapa? Parti kita kalah? Aku kalah? "tanya Datuk Dr.Johar.

"Maaf Datuk. Begitulah keutusannya" jawab pembntu itu.

Datuk Dr. Johar seakan tidak percaya. Digosok-gosok lagi matanya.


dipetik dan diedit dari :
http://www.iluvislam.com/v1/readarticle.php?article_id=1091